Belajar Bahasa Arab

KELEBIHAN DAN KEISTIMEWAAN BAHASA ARAB


        Tahukah kalian, keutamaan bahasa arab sangatlah banyak. Sebagaimana perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2, yang artinya,
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkan.”
         Ia berkata, “Yang demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab) karena bahasa arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia.

         Oleh karena itu, kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada Rasul yang paling mulia (yaitu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu Malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia di atas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Surat Yusuf)

Pentingnya Belajar Bahasa Arab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bahasa arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa arab), maka ia (mempelajari bahasa arab) menjadi wajib. Mempelajari bahasa arab, diantaranya ada yang fardhu ‘ain, dan adakalanya fardhu kifayah.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah 1/527 dikutip dari majalah Al-Furqon)
         Dorongan untuk belajar bahasa arab bukan hanya khusus bagi orang-orang di luar negara Arab. Bahkan para salafush sholeh sangat mendorong manusia (bahkan untuk orang Arab itu sendiri) untuk mempelajari bahasa arab.
         Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqitdha)
        ‘Umar radhiallahu ‘anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.” (Iqtidho, Ibnu Taimiyah, dikutip dari majalah Al-Furqon)
        Dari Hasan Al-Bashari, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama nabi mereka.” (Mafatihul Arrobiyah, dikutip dari majalah Al-Furqon)
Dari as-Sya’bi, “Ilmu nahwu adalah bagaikan garam pada makanan, yang mana makanan pasti membutuhknanya.” (Hilyah Tholibul ‘Ilmi, dikutip dari majalah Al-Furqon)
Sumber : http://muslimah.or.id

 1. Sebagai bahasa yang sudah tua dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.

         Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Alloh SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur’an.

2. Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah. Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan ‘mbah buyut’-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris di zamannya. Mengapa?

         Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.

3. Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penghuni surga

4. dll...

   أَقْسَامُ الْكَلِمَةُ 
PEMBAGIAN KATA  
   
        Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar yaitu:

1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad". Contoh: م - س - ج - د.
2.Susunan huruf yang memiliki arti tertentu yang disebut "kata". Contoh: مَسْجِدٌ (= masjid) 3. Rangkaian kata yang mengandung pikiran yang lengkap yang disebut "kalimat".
 Contoh: أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)

        Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم ) atau "kata benda". Contoh: مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL ( فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh: أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF ( حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh: فِيْ (= di, dalam)

        Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Indonesia, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bisalah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.


اِسْم عَلَمُ
ISIM 'ALAM (Kata Benda Nama)

        Dalam golongan Isim, ada yang disebut dengan Isim 'Alam yaitu Isim yang merupakan nama dari seseorang atau sesuatu. Di bawah ini beberapa contoh Isim 'Alam (nama), bacalah dengan suara nyaring dan jelas satu persatu: مُحَمَّد - آدَم - إِدْرِيْس - نُوْح - إِبْرَاهِيْم - إِسْمَاعِيْل - إِسْحَاق - يَعْقُوْب - يُوْسُف - مُوْسَى - سُلَيْمَان - يُوْنُس - عِيْسَى - مَرْيَم - خَدِيْجَة - عَائِشَة - فَاطِمَة - عُمَر - عُثْمَان - جِبْرِيْل - مِيْكَال - لُقْمَان - زَيْد - فِرْعَوْن - قَارُوْن - إِبْلِيْس - عِفْرِيْت - مَكَّة - مَدِيْنَة مُذَكَّر - مُؤَنَّث
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)

       Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).

Contoh Isim Mudzakkar  عِيْسَى (= 'Isa)  اِبْنٌ (= putera)  بَقَرٌ (= sapi jantan) 
Contoh Isim Muannats  مَرْيَم (= Maryam)  بِنْتٌ (= puteri)  بَقَرَةٌ (= sapi betina)

       Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)

       Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas. Misalnya: رِيْحٌ (= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari) Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah. Contoh: حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)

       Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal kosakata yang baru anda temukan!



مُفْرَد - مُثَنَّى - جَمْع
MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMAK
(Plural)

Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.

         Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah ( نِ ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats.
Contoh: Mufrad -  رَجُلٌ = seorang laki-laki,  جَنَّةٌ = sebuah kebun,  مُسْلِمٌ = seorang muslim,  مُسْلِمَةٌ = seorang muslimah
Mutsanna -  رَجُلاَنِ = dua orang laki-laki,  جَنَّتَانِ = dua buah kebun,  مُسْلِمَانِ = dua orang muslim,  مُسْلِمَتَانِ = dua orang muslimah

Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbagi dua macam:
1. JAMAK SALIM ( جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:
Mufrad > Jamak --- اِبْنٌ = seorang putera > بَنُوْنَ = putera-putera بِنْتٌ = seorang puteri > بَنَاتٌ = puteri-puteri مُسْلِمٌ = seorang muslim > مُسْلِمُوْنَ = muslim-muslim مُسْلِمَةٌ = seorang muslimah > مُسْلِمَاتٌ = muslimah-muslimah
2. JAMAK TAKSIR (جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:
Mufrad > Jamak --- رَسُوْلٌ = seorang rasul > رُسُلٌ = rasul-rasul عَالِمٌ = seorang alim > عُلَمَاءُ = orang-orang alim رَجُلٌ = seorang laki-laki > رِجَالٌ = para laki-laki اِمْرَأَةٌ = seorang perempuan > نِسَاءٌ = perempuan-perempuan

Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda temukan!



اِسْم إِشَارَة
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
        Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)

Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1) هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)

Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)

 Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun Muannats, semuanya menggunakan: هَؤُلاَءِ (= ini) untuk menunjuk yang dekat; dan أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh.
Contoh: هَؤُلاَءِ كُتُبٌ  (= ini adalah buku-buku) أُلَئِكَ كُتُبٌ (= itu adalah buku-buku)
هَؤُلاَءِ مَجَلاَّتٌ   (= ini adalah majalah-majalah) أُلَئِكَ مَجَلاَتٌ (= itu adalah majalah-majalah)

Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda temukan!



اِسْم مَوْصُوْل 
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)

        Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (=yang).
       Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini: Kalimat I جَاءَ الْمُدَرِّسُ = datang guru itu
Kalimat II اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = guru itu mengajar Fiqh
Kalimat III جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = datang guru yang mengajar Fiqh
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ

Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ = datang guru (pr) yang mengajar Fiqh itu
Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
1) الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = datang dua orang guru (lk) yang mengajar Fiqh itu
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ = datang dua orang guru (pr) yang mengajar Fiqh
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
1) الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ = datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ = datang guru-guru (pr) yang mengajar Fiqh itu

Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda temukan!


نَكِرَة - مَعْرِفَة
NAKIRAH (Umum) - MA'RIFAH (Khusus)

        Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:
1) ISIM NAKIRAH atau kata benda bentuk umum atau tak dikenal (tak tentu).
2) ISIM MA'RIFAH atau kata benda bentuk khusus atau dikenal (tertentu).

       Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ).
       Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.

Contoh Isim Nakirah: بَيْتٌ (= sebuah rumah), وَلَدٌ (= seorang anak) Contoh Isim Ma'rifah: اَلْبَيْتُ (= rumah itu), اَلْوَلَدُ (= anak itu)
        Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma'rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ. اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ. = Itu sebuah rumah. Rumah itu baru.
جَاءَ وَلَدٌ. اَلْوَلَدُ مُؤَدِّبٌ. = Datang seorang anak. Anak itu sopan.
        Selain Isim yang berawalan Alif-Lam, yang juga termasuk Isim Ma'rifah adalah:
1. ISIM 'ALAM (Nama). Semua Isim 'Alam termasuk Isim Ma'rifah, meskipun diantara Isim 'Alam tersebut ada yang huruf akhirnya bertanwin. Contoh: أَحْمَدُ (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)

2. ISIM DHAMIR (Kata Ganti). Yaitu kata yang mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok benda/orang. Contoh: أَنَا (= aku, saya), نَحْنُ (= kami, kita), هُوَ (= ia, dia)
Isim Dhamir ini kelak akan dibahas tersendiri secara terinci.



صِفَة-مَوْصُوْف / مُضَاف-مُضَاف إِلَيْهِ / مُبْتَدَأ-خَبَر
SIFAT - MAUSHUF (Sifat dan Yang Disifati) MUDHAF - MUDHAF ILAIH (Kata Majemuk) MUBTADA' - KHABAR (Subjek dan Predikat)

        Berkaitan dengan Nakirah dan Ma'rifah, khususnya penggunaan Alif-Lam di awal kata atau baris Tanwin di akhir kata, ada beberapa pola kalimat (rangkaian kata) yang perlu kita ketahui perbedaannya dengan baik. Yaitu:

1. SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )
        Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat.
بَيْتٌ جَدِيْدٌ = (sebuah) rumah baru
اَلْبَيْتُ الْجَدِيْدُ = rumah yang baru
بَيْتٌ كَبِيْرٌ وَاسِعٌ = (sebuah) rumah besar lagi luas
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ الْوَاسِعُ = rumah yang besar lagi luas

2. MUDHAF ( مُضَاف ) dan MUDHAF ILAIH ( مُضَاف إِلَيْه )
       Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf Ilaih.
Contoh: بَيْتُ الْمُدَرِّسِ (=buku guru)
بَيْتُ زَيْدٍ (=rumah Zaid) --> Zaid = Isim 'Alam (Ma'rifah)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْمُدَرِّسِ (=kunci rumah guru)
       Bila Mudhaf berupa Isim Mutsanna atau Jamak Mudzakkar Salim maka huruf Nun di akhirnya dihilangkan.
Perhatikan contoh di bawah ini:
مُسْلِمَا الْجَاوِيِّ (=dua muslim Jawa)
مُسْلِمُو الْجَاوِيِّ (=muslimin Jawa)
مُسْلِمَا dari kata مُسْلِمَانِ (=dua orang muslim)
--> Mutsanna مُسْلِمُو dari kata مُسْلِمُوْنَ (=orang-orang muslim)
--> Jamak Salim Baik Shifat-Maushuf maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bukanlah merupakan sebuah JUMLAH MUFIDAH (جُمْلَة مُفِيْدَة) atau Kalimat Sempurna.

         Berikut ini kita akan mempelajari sebuah pola Jumlah Mufidah (Kalimat Sempurna).

3. MUBTADA' ( مُبْتَدَأ ) dan KHABAR ( خَبَر )
          Sebuah JUMLAH ISMIYYAH (جُمْلَة اِسْمِيَّة) atau Kalimat Nominal (kalimat sempurna yang semua katanya adalah Isim), selalu terdiri dari dua bagian kalimat yakni Mubtada' (Subjek) dan Khabar (Predikat).
          Pada umumnya seluruh Mubtada' dalam keadaan Ma'rifah sedangkan seluruh Khabar (Predikat) dalam keadaan Nakirah.
Perhatikan contoh kalimat-kalimat di bawah ini:
Jumlah Ismiyyah Mubtada' Khabar اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ  (=rumah itu besar) اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ (=rumah itu) (=besar)
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ غَالٌ  (=rumah yang besar itu mahal)
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ غَالٌ (=rumah yang besar itu) (=mahal)
بَيْتُ الْكَبِيْرِ جَمِيْلٌ  (=rumah besar itu indah)
بَيْتُ الْكَبِيْرِ جَمِيْلٌ (=rumah besar itu) (= indah)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْكَبِيْرِ صَغِيْرٌ  (=kunci rumah besar itu kecil)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْكَبِيْرِ صَغِيْرٌ (=kunci rumah besar itu) (=kecil)

         Dari contoh kalimat di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Baik Mubtada' maupun Khabar, bisa terdiri dari satu kata ataupun lebih.
2. Mubtada' pada umumnya selalu dalam keadaan Ma'rifah.
3. Khabar pada umumnya selalu dalam keadaan Nakirah.
4. Mubtada' yang terdiri dari beberapa kata bisa merupakan Shifat-Maushuf (contoh kalimat II) maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih (contoh kalimat III dan IV)

       Sebagai penutup, untuk mengingat-ingat perbedaan antara Shifat-Maushuf, Mudhaf-Mudhaf Ilaih dan Mubtada'-Khabar, perhatikanlah perbedaan bentuk dan makna masing-masing pola tersebut dalam kalimat sederhana di bawah ini:

      Shifat-Maushuf Mudhaf-Mudhaf Ilaih Mubtada'-Khabar بَيْتٌ جَدِيْدٌ   (sebuah rumah baru) بَيْتُ الْجَدِيْدِ (rumah baru) اَلْبَيْتُ جَدِيْدٌ (rumah itu baru) اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ  (rumah yang besar) بَيْتُ الْكَبِيْرِ(rumah besar)  اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ (rumah itu besar)

      Selanjutnya kita akan membahas tentang Isim Dhamir atau Kata Ganti.



ضَمِيْر
DHAMIR (Kata Ganti)

      Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. Dhamir termasuk dalam golongan Isim Ma'rifah.
Contoh: أَحْمَدُ يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ = Ahmad menyayangi anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka
     Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka). Kata هُوَ dan هُمْ dinamakan Dhamir atau Kata Ganti.
Menurut fungsinya, ada dua golongan Dhamir yaitu:

1) DHAMIR RAFA' ( ضَمِيْر رَفْع ) yang berfungsi sebagai Subjek.
2) DHAMIR NASHAB ( ضَمِيْر نَصْب ) yang berfungsi sebagai Objek.

Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat.
Dalam kalimat: هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka):
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan:
- Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.



ضَمِيْر رَفْع
DHAMIR RAFA' (Kata Ganti Subjek)

        Semua Dhamir dapat dikelompokkan menjadi tiga macam:
1. MUTAKALLIM ( مُتَكَلِّم ) atau pembicara (orang pertama).
   a) Mufrad: أَنَا (= aku, saya) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
   b) Mutsanna/Jamak: نَحْنُ (= kami, kita) untuk Mudzakkar maupun Muannats.

2. MUKHATHAB ( مُخَاطَب ) atau lawan bicara (orang kedua). Terdiri dari:
   a) Mufrad: أَنْتَ (= engkau) untuk Mudzakkar dan أَنْتِ untuk Muannats.
   b) Mutsanna: أَنْتُمَا (= kamu berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
   c) Jamak: أَنْتُمْ (= kalian) untuk Mudzakkar dan أَنْتُنَّ untuk Muannats.

3. GHAIB ( غَائِب ) atau tidak berada di tempat (orang ketiga). Terdiri dari:
   a) Mufrad: هُوَ (= dia) untuk Mudzakkar dan هِيَ untuk Muannats.
   b) Mutsanna: هُمَا (= mereka berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats.
   c) Jamak: هُمْ (= mereka) untuk Mudzakkar dan هُنَّ untuk Muannats.

Hafalkanlah keduabelas bentuk Dhamir Rafa' di atas beserta artinya masing-masing sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya!


ضَمِيْر نَصْب
DHAMIR NASHAB (Kata Ganti Objek)

Dhamir Nashab adalah turunan (bentuk lain) dari Dhamir Rafa' yang terdiri dari:
Dhamir Nashab < Dhamir Rafa' أَنَا > ي أَنْتُنَّ > كُنَّ نَحْنُ > نَا هُوَ > هُ أَنْتَ > كَ هِيَ > هَا أَنْتِ > كِ هُمَا > هُمَا أَنْتُمَا > كُمَا هُمْ > هُمْ أَنْتُمْ > كُمْ هُنَّ > هُنَّ
Dhamir Nashab berfungsi sebagai objek dan tidak dapat berdiri sendiri; ia terikat dengan kata lain dalam suatu kalimat, baik itu dengan Isim, Fi'il ataupun Harf.
1) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Isim dalam kalimat:
أَنَا مُسْلِمٌ، دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ = saya seorang muslim, agamaku Islam
نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ، دِيْنُنَا اْلإِسْلاَمُ = kami orang-orang muslim, agama kami Islam
أَنْتَ مُسْلِمٌ، دِيْنُكَ اْلإِسْلاَمُ = engkau (lk) seorang muslim, agamamu Islam
أَنْتِ مُسْلِمَةٌ، دِيْنُكِ اْلإِسْلاَمُ = engkau (pr) seorang muslim, agamamu Islam
2) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Fi'il dalam kalimat:
أَنْتُمَا مُسْلَمَانِ، اَللهُ يَرْحَمُكُمَا = kamu berdua adalah muslim, Allah merahmati kamu berdua
أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، اَللهُ يَرْحَمُكُمْ = kalian (lk) adalah muslimun, Allah merahmati kalian
أَنْتُنَّ مُسْلِمَاتٌ، اَللهُ يَرْحَمُكُنَّ = kalian (pr) adalah muslimat, Allah merahmati kalian
هُوَ مُسْلِمٌ، اَللهُ يَرْحَمُهُ = dia (lk) adalah muslim, Allah merahmatinya
3) Contoh Dhamir Nashab yang terikat dengan Harf dalam kalimat:
هِيَ مُسْلِمَةٌ، لَهَا رَحْمَةُ اللهِ = dia (pr) adalah seorang muslimah, untuknya rahmat Allah
هُمَا مُسْلِمَانِ، لَهُمَا رَحْمَةُ اللهِ = mereka berdua adalah muslim, untuk mereka berdua rahmat Allah
هُمْ مُسْلِمُوْنَ، لَهُمْ رَحْمَةُ اللهِ = mereka (lk) adalah muslimin, untuk mereka rahmat Allah
هُنَّ مُسْلِمَاتٌ، لَهُنَّ رَحْمَةُ اللهِ = mereka (pr) adalah muslimat, untuk mereka rahmat Allah Gabungan

Dhamir Nashab yang melekat pada Isim akan membentuk Isim Ma'rifah dengan pola Mudhaf-Mudhaf Ilaih dimana Isim di depannya merupakan Mudhaf sedang Dhamir Nashab di belakangnya merupakan Mudhaf Ilaih.
بَيْتِيْ (=rumahku) --> بَيْتٌ [Mudhaf] + ي [Mudhaf Ilaih]
كِتَابُكَ (=bukumu) --> كِتَابٌ [Mudhaf] + كَ [Mudhaf Ilaih]
مَدْرَسَتُهُمْ (=sekolah mereka) --> مَدْرَسَةٌ [Mudhaf] + هُمْ [Mudhaf Ilaih]


Hafalkanlah semua Dhamir Nashab di atas beserta artinya masing-masing sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya!


فِعْل
FI'IL (Kata Kerja)

      
Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:

1. FI'IL MADHY ( فِعْل مَاضِي ) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI'IL MUDHARI' ( فِعْل مُضَارِع ) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
       
         Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir dari Fa'il ( فَاعِل ) atau Pelaku pekerjaan itu. Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.

Dhamir Fi'il Madhy - Fi'il Mudhari'-
 أَنَا فَعَلْتُ أَفْعَلُ = saya mengerjakan
نَحْنُ فَعَلْنَا نَفْعَلُ = kami mengerjakan
أَنْتَ فَعَلْتَ تَفْعَلُ = engkau (lk) mengerjakan
أَنْتِ فَعَلْتِ تَفْعَلِيْنَ = engkau (pr) mengerjakan
أَنْتُمَا فَعَلْتُمَا تَفْعَلاَنِ = kamu berdua mengerjakan
أَنْتُمْ فَعَلْتُمْ تَفْعَلُوْنَ = kalian (lk) mengerjakan
أَنْتُنَّ فَعَلْتُنَّ تَفْعَلْنَ = kalian (pr) mengerjakan
هُوَ فَعَلَ يَفْعَلُ = dia (lk) mengerjakan
هِيَ فَعَلَتْ تَفْعَلُ = dia (pr) mengerjakan
هُمَا فَعَلاَ يَفْعَلاَنِ = mereka berdua (lk) mengerjakan
هُمَا فَعَلَتَا تَفْعَلاَنِ = mereka berdua (pr) mengerjakan
هُمْ فَعَلُوْا يَفْعَلُوْنَ = mereka (lk) mengerjakan
هُنَّ فَعَلْنَ يَفْعَلْنَ = mereka (pr) mengerjakan

       Perlu diketahui, bahwa dalam sebuah JUMLAH FI'LIYYAH ( جُمْلَة فِعْلِيَّة ) atau Kalimat Verbal (kalimat sempurna yang mengandung Kata Kerja), letak Fa'il (Pelaku) bisa di depan dan bisa pula di belakang Fi'il (Kata Kerja).

      1) Untuk Dhamir Ghaib atau "orang ketiga" ( هُنَّ - هُمْ - هُمَا - هِيَ - هُوَ ).
      a. Bila Fa'il mendahului Fi'il maka perubahan bentuk dari Fi'il tersebut harus       mengikuti ketentuan Mudzakkar/Muannats dan Mufrad/Mutsanna/Jamak.
Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Madhy yang terletak setelah Fa'il:
اَلْمُسْلِمُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَةُ دَخَلَتِ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَانِ دَخَلاَ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَتَانِ دَخَلَتَا الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمُوْنَ دَخَلُوا الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَاتُ دَخَلْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid

Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Mudhari' yang terletak setelah Fa'il:
اَلْمُسْلِمُ يَدْخُلُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَةُ تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَانِ يَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَتَانِ تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
اَلْمُسْلِمُوْنَ يَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
اَلْمُسْلِمَاتُ يَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid

       b. Sedangkan bila Fi'il mendahului Fa'il, maka bentuk Fi'il tersebut selalu Mufrad, (meskipun Fa'il-nya Mutsanna atau Jamak). Tetapi untuk bentuk Mudzakkar dan Muannats tetap dibedakan dengan adanya huruf Ta Ta'nits ( ت تَأْنِيْث ) atau "Ta Penanda Muannats" pada Fi'il yang Fa'il-nya adalah Muannats.

Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Madhy yang terletak sebelum Fa'il:
دَخَلَ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
دَخَلَ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
دَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
دَخَلَتِ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid

Contoh Jumlah Fi'liyyah dengan Fi'il Mudhari' yang terletak sebelum Fa'il:
يَدْخُلُ اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ = muslim itu memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ = muslimah itu memasuki masjid
يَدْخُلُ الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslim itu memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ = dua muslimah itu memasuki masjid
يَدْخُلُ الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ = kaum muslimin memasuki masjid
تَدْخُلُ الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ = kaum muslimat memasuki masjid

2) Untuk Fa'il lainnya ( أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتَ - أَنْتِ - نَحْنُ - أَنَا ) tetap mengikuti pola perubahan bentuk Fi'il sebagaimana mestinya.
Fi'il Madhy - Fi'il Mudhari' دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ (أَنَا) أَدْخُلُ الْمَسْجِدَ saya telah memasuki masjid saya memasuki masjid دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ (نَحْنُ) نَدْخُلُ الْمَسْجِدَ kami telah memasuki masjid kami memasuki masjid دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ (أَنْتَ) تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ engkau telah memasuki masjid engkau memasuki masjid دَخَلْتِ الْمَسْجِدَ (أَنْتِ) تَدْخُلِيْنَ الْمَسْجِدَ engkau (pr) telah memasuki masjid engkau (pr) memasuki masjid دَخَلْتُمَا الْمَسْجِدَ (أَنْتُمَا) تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ kamu berdua telah memasuki masjid kamu berdua memasuki masjid دَخَلْتُمُ الْمَسْجِدَ (أَنْتُمْ) تَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ kalian (lk) telah memasuki masjid kalian (lk) memasuki masjid دَخَلْتُنَّ الْمَسْجِدَ (أَنْتُنَّ) تَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ kalian (pr) telah memasuki masjid kalian (pr) memasuki masjid

Carilah sebanyak-banyaknya contoh-contoh Fi'il Madhy dan Fi'il Mudhari' dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!


فِعْل اْلأمْر
FI'IL AMAR (Kata Kerja Perintah)

       Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
       Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut.
      Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
Fa'il - Fi'il Amar - Tarjamah أَنْتَ اِفْعَلْ = (engkau -lk) kerjakanlah! أَنْتِ اِفْعَلِيْ = (engkau -pr) kerjakanlah! أَنْتُمَا اِفْعَلاَ = (kamu berdua) kerjakanlah! أَنْتُمْ اِفْعَلُوْا = (kalian -lk) kerjakanlah! أَنْتُنَّ اِفْعَلْنَ = (kalian -pr) kerjakanlah! Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar: اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ = bekerjalah untuk akhiratmu (lk) اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr) اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk) اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr) Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi'il Amar: أَقِمْ صَلاَتَكَ = dirikanlah shalatmu (lk) أَقِمِيْ صَلاَتَكِ = dirikanlah shalatmu (pr) أَقِمَا صَلاَتَكُمَا = dirikanlah shalat kamu berdua أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ = dirikanlah shalat kalian (lk) أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ = dirikanlah shalat kalian (pr) Dari fi'il كَبَّرَ (=membesarkan) menjadi Fi'il Amar: كَبِّرْ رَبَّكَ = besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (lk) كَبِّرِيْ رَبَّكِ = besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (pr) كَبِّرَا رَبَّكُمَا = besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu berdua كَبِّرُوْا رَبَّكُمْ = besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (lk) كَبِّرْنَ رَبَّكُنَّ = besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (pr) Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh: الصَّلاَةَ + أَقِمْ = أَقِمِ الصَّلاَةَ (=shalat) (=dirikanlah) (=dirikanlah shalat) Carilah contoh-contoh Fi'il Amar dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!



فِعْل النَّهْي
FI'IL NAHY (Kata Kerja Larangan)

        Fi'il Nahy atau "kata kerja larangan" adalah bentuk negatif dari Fi'il Amar. Untuk membentuk Fi'il Nahy, kita tinggal menambahkan harf لاَ (=jangan) dan memasukkan huruf تَ di awal Fi'il Amar.
Perhatikan polanya di bawah ini: Fa'il Fi'il Amar - Fi'il Nahy - Tarjamah أَنْتَ اِفْعَلْ لاَ تَفْعَلْ = jangan (engkau -lk) kerjakan أَنْتِ اِفْعَلِيْ لاَ تَفْعَلِيْ = jangan (engkau -pr) kerjakan أَنْتُمَا اِفْعَلاَ لاَ تَفْعَلاَ = jangan (kamu berdua) kerjakan أَنْتُمْ اِفْعَلُوْا لاَ تَفْعَلُوْا = jangan (kalian -lk) kerjakan أَنْتُنَّ اِفْعَلْنَ لاَ تَفْعَلْنَ = jangan (kalian -pr) kerjakan
Contoh dalam kalimat: Dari fi'il خَافَ (= takut) dan fi'il حَزِنَ (= sedih) menjadi Fi'il Nahy: لاَ تَخَفْ وَلاَ تَحْزَنْ = jangan (engkau -lk) takut dan jangan sedih لاَ تَخَافِيْ وَلاَ تَحْزَنِيْ = jangan (engkau -pr) takut dan jangan sedih لاَ تَخَافَا وَلاَ تَحْزَنَا = jangan (kamu berdua) takut dan jangan sedih لاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا = jangan (kalian -lk) takut dan jangan sedih لاَ تَخَفْنَ وَلاَ تَحْزَنَّ = jangan (kalian -pr) takut dan jangan sedih

Carilah contoh-contoh Fi'il Nahy dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!


فِعْل مَعْلُوْم - فِعْل مَجْهُوْل
FI'IL MA'LUM (Kata Kerja Aktif) - FI'IL MAJHUL (Kata Kerja Pasif)

        Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini: Abubakar membuka pintu. --> kata "membuka" disebut Kata Kerja Aktif. Pintu dibuka oleh Abubakar. --> kata "dibuka" disebut Kata Kerja Pasif. Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi'il Ma'lum dan Fi'il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini: ضَرَبَ عُمَرُ ضُرِبَ عُمَرُ (= Umar memukul) (= Umar dipukul) Fi'il ضَرَبَ (=memukul) adalah Fi'il Ma'lum (Kata Kerja Aktif).
Fa'il atau Pelakunya adalah Umar bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni memukul). Fi'il ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja Pasif). Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan).

        Untuk itu, dalam Fi'il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa'il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau Pengganti Fa'il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib al-Fa'il (pengganti Pelaku). Fi'il Majhul dibentuk dari Fi'il Ma'lum dengan perubahan sebagai berikut:

a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi'il Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi'il Mudhari'.

Contoh-contoh dalam kalimat:
Fi'il Madhy أَمَرَ (=memerintah) menjadi Fi'il Majhul أُمِرَ (=diperintah):
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ = aku diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ = kami diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتِ أَنْ تَعْبُدِي اللهَ = engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُمَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = kamu berdua diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ = kalian (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ = kalian (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ = dia (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ = dia (pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ = mereka (2 pr) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ = mereka (lk) diperintah agar menyembah Allah
أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ = mereka (pr) diperintah agar menyembah Allah

Fi'il Mudhari' يَعْرِفُ (=mengenal) menjadi Fi'il Majhul يُعْرَفُ (=dikenal):
أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ = aku dikenal dari bicaraku
نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا = kami dikenal dari bicara kami
تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ = engkau (lk) dikenal dari bicaramu
تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ = engkau (pr) dikenal dari bicaramu
تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا = kamu berdua dikenal dari bicara kamu berdua
تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ = kalian (lk) dikenal dari bicara kalian
تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ = kalian (pr) dikenal dari bicara kalian
يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ = dia (lk) dikenal dari bicaranya
تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا = dia (pr) dikenal dari bicaranya
يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا = mereka (2 lk) dikenal dari bicara mereka
 يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ = mereka (lk) dikenal dari bicara mereka
يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ = mereka (pr) dikenal dari bicara mereka

Carilah contoh-contoh Fi'il Majhul dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!

1 comment:

Ur Comment.....